Agen Bola Terpercaya - YM= cs1_taruhanbola338@yahoo.com, +62 87876503777 - Saat Meriam di Dada
Agen Bola Terpercaya
Sergio van Dijk, Boaz Solossa, Tony Sucipto, Zulkifli Syukur dan para
pemain Timnas lain bersalam-salaman dengan pemain Arsenal, sebelum
akhirnya meninggalkan lapangan menuju ruang ganti. Wajah para pemain
menunjukkan raut muram. Skuad Timnas yang dalam laga persahabatan
menghadapi Arsenal, dilabeli Indonesia Dream Team ini baru saja
dibombardir Meriam London tujuh gol tanpa balas.
Malam itu,
Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi, betapa dalam laga hiburan itu,
tim tamu digdaya segala-galanya dari skuad Jacksen F Tiago. Di babak
pertama, Arsenal hanya bisa menyarangkan satu gol, melalui aksi Theo
Walcott.
Agen Bola Online
Tapi 45 menit kedua, Kurnia Meiga jadi sasaran empuk The Gunners. Enam gol silih berganti menerjang gawangnya. Tamu dari London itu benar-benar sukses mengacak-acak kandang Garuda.
Sementara,
Indonesia yang cukup solid di babak pertama, tak terlihat berkembang.
Banyak salah umpan, organisasi penyerangan yang kaku, dan sering hilang
arah, membuat Boaz Solossa dan Sergio van Dijk harus mengais-ngais
peluang untuk menembakkan bola ke gawang Wojciech Szczesny.
Tapi
penonton sepertinya paham. Ini laga hiburan, dan mayoritas memang
sengaja datang untuk menikmati kesempatan langka, menyaksikan klub
pujaan mereka, langsung di depan mata, tanpa dihalangi layar kaca.
Kualitas
Arsenal yang mendunia, sementara Indonesia yang masih level Asean,
membuat orang jauh-jauh hari memang sudah memprediksi Arsenal bakal
lebih perkasa di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Gooners
sebutan fans Arsenal, larut menikmati gol-gol indah, Oliver Giroud cs
ke gawang Kurnia Meiga di Stadion Gelora Bung Karno. Seolah tidak peduli
yang dibobol adalah gawang tim nasional negara sendiri.
Apakah
mereka sudah tidak punya lagi gairah mendukung Merah-Putih? Nanti dulu,
ini mungkin soal lain, yang tidak perlu disangkut-pautkan dengan
nasionalisme.
Para suporter hanya mencoba bersenang-senang
menikmati sepakbola kelas dunia. Lagi pula, bagi fans Arsenal,
pertandingan tadi malam boleh jadi seperti ajang penahbisan diri sebagai
fans sejati klub asal London Utara itu.
Sederhana saja. Bagi
mayoritas penggemar, kesempatan tersebut sangat langka. Menyaksikan
langsung Arsenal bermain, terutama di markasnya di Emirates Stadium
adalah mimpi besar. Tak heran bila, mereka coba membuat Gelora Bung
Karno menebar sensasi Emirates Stadium, di mana mereka bisa menyanyikan
“lagu-lagu pujian” di depan klub yang mereka puja.
Tapi, dalam
momen-momen tertentu, rasa cinta terhadap Merah-Putih juga mereka
tunjukkan meski dengan gaya menghardik atau menutup mata dengan dua
telapak tangan, saat ada pemain Indonesia Dream Team yang salah umpan,
atau terlihat kebingungan saat menggiring bola.
Yel-yel,
“Indonesia, Indonesia, Indonesia,” juga mereka teriakan, bahkan saat
Garuda sudah babak belur dihajar gol demi gol Meriam London.
Tapi
malam itu, mereka memang hadir khusus untuk Arsenal. Setelah
pertandingan, para suporter banyak yang belum beranjak. Mereka seperti
ingin memberikan perpisahan dengan menyanyikan chants keras-keras untuk
menutup malam itu. “ We love Arsenal, we do, we love Arsenal we do, we love Arsenal, we do, ooo..Arsenal we love you.” Koor itu serempak dinyanyikan, dan terdengar semarak, terutama dari sektor di tribun timur.
Agen Bola Sbobet
Para
pemain Arsenal kemudian membentangkan spanduk bertuliskan, “Terima
kasih atas dukungan anda”. Spanduk itu diperlihatkan ke segala sisi
tribun. Para fans, menyambutnya dengan sorakan dan tepuk tangan.
“Rasanya seperti bermain di rumah, kandang sendiri, dengan dukungan yang sangat besar," Wenger berujar sesaat selepas laga.
Wenger
dan Arsenalnya benar-benar menikmati sambutan luar biasa dari
kedatangan di Bandara Halim, sampai hari pertandingan. Para pemainnya,
seperti Theo Walcott, Thomas Rosicky, Oliver Giroud, Podolski, dan Alex
Oxlade Chamberlain pun tak sungkan mengitari lapangan untuk melambaikan
tangan, sebagai rasa terima kasih atas penyambutan hangat itu.
Sementara,
Tony Sucipto, Boaz, Titus Bonnai, Zulkifli dan Sergio van Dijk tak
berlama-lama di tengah lapangan. Mereka seolah maklum, Minggu malam
itu, Gelora Bung Karno bukan panggung mereka. Tujuan utama, suporter
datang, kali ini memang karena Arsenal. Boleh dibilang 99 persen
penonton yang datang mengenakan jersey dengan lambang Meriam di dada,
bukan Garuda.
“Saya sudah 16 tahun enggak nonton bola di Senayan,
baru sekarang lagi nonton. Sedih juga lihat ini,” ujar Nyoman, 60,
salah seorang penonton.”Pemain timnas seperti merasa terusir, seperti
bukan kandang sendiri,” tambahnya. Sambil bicara, tatapan matanya
mengikuti gerombolan pemain Timnas yang berjalan pelan ke lorong pemain.
Bambang
Nurdiansyah, eks punggawa Timnas era 1980-an, juga punya perasaan yang
sama dengan Nyoman. Tapi, menurutnya, hal positifnya dari segala
pemandangan di Stadion Gelora Bung Karno malam itu ialah jam terbang
Timnas menghadapi tim kualitas dunia bertambah.
“Sedih, walaupun
mereka Arsenal memang favorit. Yang main Timnas, Ini Garuda lho...Tapi
ya sudah lah... saya tidak melihat dari sisi itu, meski prihatin juga.
Sering-sering lah tambah jam terbang buat Timnas,” jawab Bambang
mencoba mencari sisi positif.
Berita Bola By;
www.taruhanbola338.com